Tukeran Istri !
Senyumnya
mengembang menyambutku sepulang dari kantor. Seperti biasa, wanita itu
mengajakku duduk di sofa. Kemudian wanita itu membuka sepatuku, kaus kakiku dan
tidak lupa menyuguhkan secangkir teh manis hangat dan sepiring kue kesukaanku.
Dia
adalah Heny. Istriku yang sudah 13 tahun menemaniku dan telah memberiku 3
orang anak yang lucu.Ketika awal menikah, Heny seorang wanita karir yang cantik
dan menarik. Sungguh, Heny benar-benar membuatku jatuh cinta.
Namun
sejak kelahiran Daffa anak pertama kami, dia memutuskan untuk berhenti dari
perusahaan tempatnya bekerja. Heny ingin lebih fokus dalam merawat dan
mendidik anak-anak kami.
Aku
tak mempermasalahkan alasannya. Aku ikut senang dan mendukungnya. Penghasilanku
sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan rumah tangga kami.
Namun
seiring berjalannya waktu, Heny telah berubah di mataku. Heny tak semenarik
dulu lagi. Sibuknya Heny dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak
kami, membuat Heny lalai dalam merawat dirinya. Heny jarang menggunakan make
up, parfum, dan sering kali memakai daster butut yang selalu setia
menemaninya di rumah. Menurut Heny, sangat nyaman dan adem bila memakai daster
di cuaca yang sangat panas.
“Mau
makan malam atau mandi dulu mas?” Heny membuyarkan lamunanku.
Di
tangannya sudah siap handuk dan baju gantiku. Mataku sempat melirik sebuah foto
pernikahan di dinding dengan tulisan dibawahnya: Heny & Ardi. Kami tampak
begitu bahagia dan serasi.
“Mandi
saja dek, tadi di kantor aku sudah makan”,
Aku
terpaksa berbohong, meski sebenarnya aku belum makan, pemandangan lusuh yang
ada di mataku telah merusak selera makanku.
Sementara
di kantor, rekan-rekan wanitaku tampilannya modis dan wangi namun di rumah
wanita yang menyambutku berbeda bagai langit dan bumi. Istriku yang memakai
daster lusuh dan berdandan sangat natural.
Selesai
mandi, segera aku masuk ke kamar Daffa. Dia tengah tertidur pulas. Di usianya
yang masih 10 tahun, sudah terlihat wajahnya mengadopsi wajahku. Kukecup
keningnya, selanjutnya aku beranjak menuju kamar Zahra dan Nadia. Mereka masih
tidur dalam satu kamar. Kecantikan wajah keduanya mewarisi wajah Heny, istriku.
Setelah kucium keduanya yang sedang terlelap, segera aku beranjak menuju kamar
tidurku.
Di
dalam kamar, istriku sedang menyalakan lampu tidur. Aku segera berbaring ke
tempat tidur yang telah rapi. Meski di rumah tidak ada pembantu rumah tangga,
namun istriku mampu mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah dengan baik. Dia
memang tergolong wanita yang rajin, seolah-olah tidak ada capeknya.
“Bagaimana
dengan pekerjaannya di kantor, mas ?”
“Baik
dek” aku biasa memanggilnya dengan sebutan adek.
“Bener
nggak ada masalah mas? Kok kuperhatikan akhir-akhir ini mas banyak diam”
“Iya,
ngggak apa-apa kok,”
“Syukurlah
kalau begitu mas” Heny ikut naik ke ranjang sambil menyelimuti tubuhku dengan
selimut yang lembut dan wangi. Aku memang tidak terlalu kuat dengan dingin AC.
Aku
tidak bisa nyenyak dalam tidurku, jujur aku merasakan suatu kebosanan dengan
kehidupanku. Disampingku istriku tidur dengan memakai daster kembang-kembang
warna kuning yang juga dipakainya saat hamil Daffa anak pertamaku, yaaa….
berarti sudah 10 tahun lebih usia daster lusuh itu. Sungguh menjadi inspirasi
untuk datangnya mimpi burukku.
***********
Saat
makan siang di kantor aku mengutarakan tentang kehidupan rumah tanggaku yang
membosankan kepada Rudi dan Rio temen akrabku. Sambil tersenyum, silih berganti
mereka mendengarkan keluhanku.
“Itu
karena kamu terlalu monoton Ardi, terlalu lurus berumah tangga. Sekali-kali
cobalah melakukan sesuatu yang ekstrim untuk membakar kembali gelora jiwamu”
Rudi nyerocos sambil menikmati sepiring nasi goreng.
“Betul
tuh kata Rudi, cobalah melakukan sesuatu yang ekstrim agar kehidupan rumah
tanggamu tidak monoton, dengan cara selingkuh misalnya, tuh.. diem-diem Siska,
anak baru di departemen kita kuperhatikan sering curi-curi pandang ke kamu Ar,
udah… jadiin aja Siska selingkuhanmu, aku yakin dengan berselingkuh kamu akan
menemukan kembali apa yang selama ini hilang dari hidupmu” Rio turut memberikan
usulannya.
Benar
juga kata mereka, Siska anak baru di departemenku memang kuperhatikan sering
curi-curi pandang, senyum serta sorot matanya menyiratkan sesuatu maksud
tertentu kepadaku.
Meski
di usiaku yang menginjak 38 tahun, namun ketampananku belum pudar, ditambah
lagi posisiku di kantor yang cukup mapan, aku yakin tidak terlalu sulit buatku
mendapatkan seorang wanita.
“Aku
tidak mau terjebak dengan komitmen kepada seorang wanita friend, ada usulan
lain nggak?”
“Kalau
tidak mau susah-susah pelihara kambing, langsung beli satenya aja, ngerti kan
maksudku Ar” kata Rudi dengan senyum nakalnya.
“Kita
bisa kok mengantarmu ke tempat gadis-gadis cantik yang akan memuaskanmu, cinta
satu malam, puas, tanpa komitmen, bayar, pulang deh berkumpul lagi bareng
keluarga” Rio turut menimpali.
“Ok
deh, thanks ya friend masukannya, aku pikir-pikir dulu.”
“Iya
tapi jangan terlalu lama mikirnya, keburu digaet pak bos tuh si Siska, tahu
sendiri bos kita nggak bisa lihat cewek bohay dikit” kata Rudi.
*********
Untuk
berselingkuh dengan wanita lain aku masih belum berani, demikian juga untuk
berzinah, tidak pernah ada dalam kamusku. Dalam kekalutanku aku
menghubungi Bimo, kakakku untuk bertemu saat makan siang.
Akhirnya
pertemuanku dengan kakakku Bimo, akan terlaksana juga. Syukurlah di tengah
kesibukannya, ia masih sempat meluangkan waktu untuk mendengar curahan hatiku.
“Hallo…
sudah lama nunggu Di? Bimo tersenyum menghampiriku.
Bimo
mengenakan atasan setelan hem biru lengan panjang dan dipadukan dengan celana
panjang hitam. Melihatnya, seolah aku sedang bercermin. Kita memang saudara
kembar, namanya Bimo, dia lebih tua 10 menit dariku, sehingga antara kami
berdua tidak ada yang memanggil kakak atau adik melainkan langsung dengan nama
kami masing-masing.
“Begitulah
Bim, masalah berat yang sedang aku hadapi”
Kening
Bimo langsung berkerut pertanda sedang berfikir setalah mendengarkan panjang lebar
curhatku, tidak lupa usulan teman-temanku Rudi dan Rio aku sampaikan kepadanya.
Bimo
telah menikah juga dan baru dikaruniai 1 orang anak. Pernikan kita dahulu
dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Masih teringat ekspresi para tamu
undangan yang tersenyum-senyum menyaksikan dua pasang pengantin dengan mempelai
pria kembar identik. Ketika bersalaman tidak henti-hentinya para tamu berpesan
kepada Heny istriku, dan kepada Rosa istri Bimo,
“Awas
jangan sampai tertukar ya suaminya di malam pertama!!”
Kami
pun hanya bisa tersenyum membayangkan malam pertama tertukar, hihihi
**********
“Semua
keluarga pasti ada permasalahan Di, akupun juga tidak luput dari permasalahan
keluarga” Bimo berucap sambil menghisap sebatang rokok.
Di
mataku Bimo laki-laki yang sangat beruntung, punya istri Rosa yang cantik,
seksi dan wangi. Tidak seperti Heny yang lusuh dan bau minyak. Rosa seorang
sekretaris pada sebuah perusahaan minyak asing. Kemanapun tampilannya selalu
modis dan wangi. Bahkan ketika kami sekaluarga menginap di rumah Bimo, Rosa
selalu tampil cantik di rumah.
“Kamu
beruntung Di punya istri Heny, seorang ibu yang pinter mendidik anak, telaten
melayanimu dan bisa setiap saat bertemu denganmu, sedangkan aku karena
kesibukan Rosa, jarang punya waktu untuk menikmati saat kebersamaan.”
“Tapi
aku membutuhkan suatu terobosan besar dalam kehidupanku yang monotan ini Bim,
kalau tidak, aku ragu apakah bahtera rumah tanggaku ini bisa diselamatkan.
Kalau untuk selingkuh atau “jajan” seperti usul teman-temanku aku jelas tidak
bisa melaksanakan Bim, duh.. gimana dong ada solusi nggak?”
“Hmm…
gimana kalau aku tawarkan sesuatu yang ekstrim tapiiii… nggak jadi deh, Di..”
ucap Bimo ragu-ragu.
“Ayo
dong Bim, lanjutin kata-katanya, aku pasti setuju deh” pintaku dengan penasaran
“Sebenarnya
aku ragu dengan usulanku ini, sangat ekstrim, namun lebih baik dibandingkan
dengan selingkuh atau jajan Di. Kamu ingat tidak saat kita keluarga besar
bertemu, Heny dan Rosa sering salah mengira aku adalah kamu dan sebaliknya kamu
dikira aku.”
“Bener
juga ya Bim, selain papa mama, istri-istri dan anak-anak kita masih sering
keliru, karena wajah, suara, postur dan perangai kita memang bener-bener susah
dibedakan, terusss… maksud kamu apa Bim?” tanyaku tak sabar.
“Begini
Di, setelah mendengar penjelasanmu tadi tentang tidak bahagianya kamu dengan
istrimu, dan demi meyelamatkan rumah tangga kalian maka aku berfikir bagaimana
kalau sementara waktu kita saling bertukar posisi, kamu di posisiku dan aku
menggantikan posisimu.”
“
Barter atau tukeran istri maksudmu Bim”? tanyaku kaget dengan mata
melotot.
“Bukan
sekedar istri namun juga barter seluruh kesehariannya, keluarga dan pekerjaan
Di, cukup satu minggu saja dan ada satu syarat yang tidak boleh kita langgar”?
“Syarat
apa tuh, Bim”?
“Kamu
berjanji tidak menggauli istriku Rosa Di, dan sebaliknya aku juga tidak
berhubungan intim dengan istrimu Heny, bagaimana?”
“Baiklah
Bim kalau itu aku pasti setuju, tapi kalau boleh tahu apa alasanmu merelakan
aku menikmati berada dalam posisimu meski cuma sementara”
“Seperti
yang aku utarakan tadi Di, kulakukan ini untuk menyelamatkan kehidupan rumah
tangga kalian, dari pada kamu terjerumus ke hal-hal yang tidak benar seperti
teman-temanmu, disamping itu aku juga ingin menunjukkan kepadamu bahwa aku pun
memiliki permasalahan dengan istriku, setiap rumah tangga pasti ada problem,
yang terpenting bagaimana kita menyikapinya”
“Baik
lah mulai kapan kita mulai permainan ini Bim”
“Sekarang
saja mumpung kita bisa bertemu Di.”
Maka
setelah kami saling bertukar informasi tentang situasi rumah, istri, anak-anak,
pekerjaan dan lain-lain maka mulailah kami bertukar pakaian, HP dan kendaraan
untuk melanjutkan keidupan sandiwara kami.
*********
Kupacu
mobil Bimo menuju rumahnya yang sementara waktu akan jadi rumahku. Ada perasaan
bimbang juga bagaimana bila Rosa, atau Farhan anaknya Bimo mengenaliku
bukan Bimo.
Sesampainya
di rumah, yang membukakan pintu bukanlah Rosa melainkan Mbok Rusti pembantu
setia keluarga Bimo.
Dalam
foto-foto yang dipajang di dinding nampak wajah cantik Rosa, hmm aku pasti
bahagia seminggu ini menggantikan Bimo.
“Ibu
belum pulang pak, bapak mau minum teh atau kopi? Makanan sudah mbok siapkan di
meja makan” kata mbok Rusti.
Lega
juga akhirnya ternyata mbok Rusti mengira aku Bimo
“Baik
mbok, makasih,”
Belum
sempat aku membuka sepatu, Farhan keponakanku, anak Bimo
satu-satunya langsung menarik tanganku.
“Pa
temenin Farhan maen bola ya.. trus maen kuda-kudaan”
“Sudah
malam Farhan, papa capek besok saja ya?”
“Nggak
mau, pokoknya papa harus temenin maen, kalau tidak Farhan nggak mau tidur
malam”.
Dengan
sangat terpaksa aku menemanin keponakanku itu bermain sepuasnya. Bayangan Heny
tiba-tiba muncul di benakku. Betapa capeknya dia selama ini mengurus ketiga
orang anakku, dia melakukannya tanpa mengeluh sedikitpun.
Selesai
bermain, aku masih harus menunggu sampai Farhan sampai tertidur dan aku
baru bisa mandi. Tidak ada lagi Heny yang menyiapkan handuk dan baju gantiku,
aku sekarang melakukannya sendiri.
Selesai
mandi aku menonton TV sambil menunggu kedatangan Rosa.
“Bapak
nggak makan, pak?” sapa mbok Rusti.
“Nanti
saja mbok nunggu ibu datang”
“Sebaiknya
bapak makan duluan, ibu kan biasa pulang hampir tengah malam, bapak bisa kena
sakit magg kalau menunggu ibu pulang” saran mbok Rusti kepadaku.
Benar
juga sampai jam 22.00 WIB Rosa belum juga pulang, akhirnya kusantap juga
makanan yang sudah disiapkan mbok Surti sejak tadi, rasanya hambar dan dingin
sangat berbeda dengan masakan Heny istriku. Istriku pinter masak dan bikin kue,
di hari libur pasti disempatkannya membuat sendiri kue-kue yang lezat.
Akhirnya
aku tertidur juga, karena seharian capek kerja ditambah lagi menemani Farhan
main kuda-kudaan. Aku terbangun dari tidurku karena merasa kedinginan, hmm
pastes ternyata aku lupa tidak memakai selimut, biasanya istriku Heny yang
memakaikan selimut jika aku lupa memakainya.
Kulihat
disampingku tertidur seorang wanita bergaun tidur putih… Ahh hampir saja aku
berteriak ketakutan,kupikir penampakan disampingku sejenis makhluk halus.
Bergaun putih, muka pucat putih kaya topeng. Benar-benar membuatku terkejut.
Ternyata
setelah kuperhatikan lebih dekat dia adalah Rosa. Tidurnya terlentang seperti
mayat, muka pakai masker krim yang tebalnya 1cm ditambah irisan mentimun di
matanya.
Hmm…
akhirnya kulanjutkan tidur juga, dalam hati aku berpikir apa enaknya Bimo punya
istri cantik dan seksi namun tidurnya tidak lebih dari mayat begini, masih
mending Heny istriku yang dengan lembut dan penuh kasih sayang memperlakukan
aku di atas ranjang.
********
Bangun
tidur tidak kulihat Rosa disampingku. Mungkin dia sedang mandi, kudengar bunyi
gemericik shower di kamar mandi yang ada di kamar. Segera saja aku menuju kamar
mandi bawah untuk mandi. Setelah mandi aku masuk kamar dan kulihat Rosa sedang
berdandan untuk ke kantor.
“Pa…
sarapan sama Farhan ya, mama ada meeting pagi-pagi, nggak sempet sarapan. Oh ya
pa, mulai nanti malam mama ada dinas luar kota selama 1 minggu, baik-baik ya di
rumah “
Aku
pun mengangguk serta beranjak turun untuk sarapan. Saat sedang menyantap
sarapan, Rosa keluar dari kamar menuruni anak tangga, tampilannya
sangat cantik, seksi dan wangi.
”Berangkat
dulu ya pa, Farhan jangan nakal ya, mbok jaga rumah baik-baik !!” sambil
menciumku ia beranjak menuju mobil meninggalkan bekas lipstick di pipiku.
Ternyata
kecantikan dan keseksiannya hanya untuk orang lain bahkan suaminya pun tidak
ada waktu untuk menikmatinya. Malang sekali nasibmu Bimo kakakku…
***********
Sesampainya
di kantor pertama kali yang kulakukan adalah menelpon Bimo saudara kembarku.
“Bim,
tidak perlu menunggu sampai seminggu, barter ini selesai di sini saja ya.
Aku tidak kuat” kataku pada Bimo.
“Hahaha…
sudah kuduga kamu pasti akan menyerah Di, ok lah kita bertemu siang ini di
kantin biasanya”,
Aku
dengar gelak tawa Bimo di ujung telepon sana.
**********
Sesampainya
di rumah, seperti biasa dengan senyum indahnya, Heny menyambut kedatanganku.
Melepas sepatuku, kaus kakiku, dan menyiapkan air hangat untuk mandiku serta
menemaniku makan malam. Masakan istriku yang masih hangat terasa begitu nikmat
di lidahku.Meski baru sehari aku tidak merasakannya, serasa setahun aku tidak
menikmati masakan lezat itu.
Ku
lihat bola matanya lebih dalam, kulihat sorot mata kelelahan. Istriku ternyata
begitu berat pekerjaanmu di rumah selama ini. Merawat ketiga anakku ditambah
aku yang seolah-olah menjadi anak keempatmu yang masih serba dilayani sehingga
tidak ada waktu untuk sekedar merawat tubuhmu.
Saat
selesai sholat isya berjamaah dengan istriku, seperti biasa ia meraih tanganku
untuk diciumnya dengan mesra. Ohh.. kurasakan tangan yang dulu begitu halus
kini telah berubah sedemikian kasar, dan kurus, pastilah karena kerja kerasnya
di rumah selama ini.
Kucium
tangan suci ini, bagiku ini adalah tangan suci kedua setelah ibuku. Maafkan aku
istriku, anak-anakku, aku selama ini hanya bisa menuntut ini dan itu bahkan
begitu pengecut untuk sekedar mengutarakan uneg-unegku. Selalu
membanding-bandingkanmu dengan wanita lain. Suami macam apa aku ini, yang hanya
tahu mencari uang tanpa memikirkan keluarga.
Sebelum
tidur, aku dan Heny berdikusi banyak hal. Aku menyampaikan keluhanku padanya
dengan cara yang halus tanpa menyinggung perasaannya. Setengah merayu dan
memuji kukatakan padanya bahwa aku ingin melihat dan menikmati tubuh
indahnya, dengan memberikan sebuah hadiah yang kubeli sepulang dari kantor
tadi,
”
Dek, aku punya hadiah untuk mu” kataku sambil menyodorkan bungkusan
kado berwana biru. Warna kesukaan Heny.
Dengan
terkejut dan mata berbinar-binar Heny membuka kadonya
”
Wah, surprise nih mas. Boleh aku buka sekarang? ” tanyanya tak sabar.
”
Ya, semoga dek Heny suka dan mau memakainya malam ini ” kataku sambil
mengedipkan mata.
Dengan
terburu-buru Heny membuka. Roman muka yang begitu gembira ketika Heny
melihat Ardi membelikan setengah lusin Lingerie seksi pengganti daster batiknya
yang lusuh. Heny memeluk Ardi dengan malu-malu dan berkata,
“Terima
kasih mas, aku pasti pakai malam ini “
Aku
juga menyarankan kepada Heny untuk mengambil seorang pembantu rumah tangga dari
sebuah yayasan. Tujuanku agar Heny tidak terlalu kelelahan dalam mengurus
rumah tangga dan anak-anak kami. Sehingga Heny masih mempunyai waktu luang
untuk merawat diri, kesalon, berolah raga dan membaca buku kegemarannya.
Heny
sangat gembira sekali. Dan permasalahan dikelurga kami telah
tersolusikan.
“I
Love you, Heny! Kataku sambil memeluknya
“Terima
kasih sudah menemani dan mengurus aku dan anak-anak selama ini”,
Ku
kecup keningnya dan tidak terasa meleleh air mataku, telah kutemukan apa
yang selama ini aku cari-cari.
***********
EPILOG
:
Tidak
ada segala sesuatu yang benar-benar sempurna. Rumput tetangga hanya kelihatan
selalu lebih indah. Alangkah baiknya jika kita berhenti mengeluh, memperbaiki
yang kita miliki dan pandai berucap syukur. Maka akan kita temukan lebih
banyak kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar