Tiga
orang sahabat lama bertemu dan bersantai di bawah pohon rindang. Yang seorang
adalah pejabat pemerintah, yang satunya lagi adalah mahaguru di sebuah
universitas, dan yang lain adalah seorang petani sederhana. Ketiga sahabat tersebut
begitu asyik menceritakan angan-angan tentang apa yang ingin mereka miliki.
Pejabat
pemerintah berkata bahwa ia menginginkan dua hal, yaitu sebuah cangkir porselin
yang di dalamnya selalu tersedia teh yang enak, dan memiliki kuda putih yang
dapat membawanya berkeliling daerah untuk melihat orang-orang yang
diperintahnya.
Mahaguru
berkata bahwa yang paling ia inginkan adalah sepasang mata yang tidak pernah
rusak dan segudang buku-buku bagus yang dapat dibaca kapan saja ia mau.
Kini
giliran si petani sederhana mengemukakan keinginannya. “aku tidak menginginkan sesuatu yang muluk-muluk, selain hal-hal biasa
yang terjadi setiap hari. Aku mengharapkan agar ketika aku bangun pagi hari,
matahari masih terbit, hujan turun pada musimnya, sungai-sungai masih mengalir
dan burung-burung masih berkicau.”
Lama
sesudah itu, di suatu malam terjadilah gempa bumi yang begitu hebat di daerah
mereka. Gempa bumi itu telah menghancurkan impian pejabat pemerintah tentang
cangkir porselin dan kudanya karena lemari yang berisi beraneka cangkir
porselin mahal telah hancur berantakan. Begitu pula kuda kesayangannya mati
tertimpa tembok yang runtuh. Hal yang sama juga dialami sang mahaguru. Semua
bukunya terbakar akibat gempa yang menyebabkan korsleting pada kabel listrik
sehingga terjadi kebakaran, dan lebih para lagi mahaguru tersebut mati karena
terpanggang api. Namun, apa yang diharapkan oleh petani sederhana tersebut sama
sekali tidak teranggu oleh bencana yang terjadi. Ia tetap menikmati matahari
terbit di pagi hari, hujan turun pada musimnya, air sungai tetap mengalir dan
burung-burung masih berkicau dengan indahnya.
Kita
boleh memimpikan sesuatu yang besar yang akan kita capai. Tetapi jangan pernah
lupa mensyukuri kejadian-kejadian sederhana yang kita alami setiap hari, sebagai
pemberian Tuhan yang besar. Harapan yang terlalu muluk-muluk, bisa membuat kita
kecewa ketika harapan dan impian itu hancur. Impian yang terlalu muluk
menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati indahnya karunia tuhan di dalam
kehidupan ini karena seluruh pikiran dan kekuatannya akan ditujukan pada apa
yang diimpikannya dan dengan cara apa pun ia akan berusaha untuk mencapai
impian tersebut. Syukuri setiap karunia kehidupan sederhana yang telah
diberikan Tuhan kepada kita semua.
Seringkali
sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar