Selasa, 14 Februari 2012

Kisah Tiga Orang Sahabat



Tiga orang sahabat lama bertemu dan bersantai di bawah pohon rindang. Yang seorang adalah pejabat pemerintah, yang satunya lagi adalah mahaguru di sebuah universitas, dan yang lain adalah seorang petani sederhana. Ketiga sahabat tersebut begitu asyik menceritakan angan-angan tentang apa yang ingin mereka miliki.
Pejabat pemerintah berkata bahwa ia menginginkan dua hal, yaitu sebuah cangkir porselin yang di dalamnya selalu tersedia teh yang enak, dan memiliki kuda putih yang dapat membawanya berkeliling daerah untuk melihat orang-orang yang diperintahnya.
Mahaguru berkata bahwa yang paling ia inginkan adalah sepasang mata yang tidak pernah rusak dan segudang buku-buku bagus yang dapat dibaca kapan saja ia mau.
Kini giliran si petani sederhana mengemukakan keinginannya. “aku tidak menginginkan sesuatu yang muluk-muluk, selain hal-hal biasa yang terjadi setiap hari. Aku mengharapkan agar ketika aku bangun pagi hari, matahari masih terbit, hujan turun pada musimnya, sungai-sungai masih mengalir dan burung-burung masih berkicau.”
Lama sesudah itu, di suatu malam terjadilah gempa bumi yang begitu hebat di daerah mereka. Gempa bumi itu telah menghancurkan impian pejabat pemerintah tentang cangkir porselin dan kudanya karena lemari yang berisi beraneka cangkir porselin mahal telah hancur berantakan. Begitu pula kuda kesayangannya mati tertimpa tembok yang runtuh. Hal yang sama juga dialami sang mahaguru. Semua bukunya terbakar akibat gempa yang menyebabkan korsleting pada kabel listrik sehingga terjadi kebakaran, dan lebih para lagi mahaguru tersebut mati karena terpanggang api. Namun, apa yang diharapkan oleh petani sederhana tersebut sama sekali tidak teranggu oleh bencana yang terjadi. Ia tetap menikmati matahari terbit di pagi hari, hujan turun pada musimnya, air sungai tetap mengalir dan burung-burung masih berkicau dengan indahnya.
Kita boleh memimpikan sesuatu yang besar yang akan kita capai. Tetapi jangan pernah lupa mensyukuri kejadian-kejadian sederhana yang kita alami setiap hari, sebagai pemberian Tuhan yang besar. Harapan yang terlalu muluk-muluk, bisa membuat kita kecewa ketika harapan dan impian itu hancur. Impian yang terlalu muluk menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati indahnya karunia tuhan di dalam kehidupan ini karena seluruh pikiran dan kekuatannya akan ditujukan pada apa yang diimpikannya dan dengan cara apa pun ia akan berusaha untuk mencapai impian tersebut. Syukuri setiap karunia kehidupan sederhana yang telah diberikan Tuhan kepada kita semua.

Seringkali sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar