Senin, 20 Februari 2012

Pelajaran Dari Segalon Susu


Seorang pemuda baru saja mengikuti kelas Pendalaman Alkitab di gerejanya. Malam itu pendeta berbicara tentang mendengarkan suara Tuhan dan taat kepadaNya. Di dalam hati pemuda itu bertanya-tanya apakah Tuhan masih berbicara kepada kita saat ini? Seusai mengikuti kelas, pemuda itu pergi bersama seorang temannya untuk minum kopi, sambil mendiskusikan pelajaran yang sudah mereka dengar malam itu. Tak lama kemudian, pemuda itu pun pulang ke rumah. Ketika duduk di dalam mobil, ia mulai berdoa, “Tuhan, jika Engkau masih berbicara sampai saat ini, aku akan mendengarkan dan akan menaatinya.” Pada saat melewati jalan besar di kotanya, ia merasakan suatu dorongan yang sangat kuat untuk berhenti dan membeli segalon susu. Ia menggelengkan kepalanya sambil bertanya dengan suara keras, “Tuhan, apakah ini Engkau?” Namun ia  tidak mendengar jawaban dan terus menyetir mobilnya kearah rumah. Tetapi, dorongan untuk membeli segalon susu terus datang. Pemuda itu berpikir tentang Samuel, bagaimana ia juga tidak bisa mengenali suara Tuhan yang memanggilnya. “Baik Tuhan, jika benar-benar Engkau, aku akan membeli segalon susu.” Ia berhenti dan membeli segalon susu dan bermaksud meneruskan perjalanannya pulang ke rumah. Di sebuah persimpangan jalan, ia kembali merasakan dorongan untuk membelokkan mobilnya kearah lain. “ini keterlaluan!” pikirnya. Hatinya menolak, tatapi dorongan itu terus datang. Setengah bercanda ia berkata, “Baik Tuhan, aku mau melakukannya.” Pemuda itu melewati beberapa rumah sampai ia merasa harus berhenti. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan sambil melihat sekelilingnya.
Sebagian rumah nampak gelap sepertinya orang-orang sudah beranjak ke tempat tidur, lagi-lagi ia merasakan sesuatu, “Pergi dan berikan susu itu kepada orang yang berada di rumah seberang jalan itu.” Rumah itu kelihatan gelap dan sepertinya penghuninya sudah tidur. “Apa-apaan ini? orang-orang sudah tidur dan jika aku membangunkan mereka, mereka akan marah dan menganggapku gila.” Untuk kesekian kalinya, ia merasakan suatu dorongan yang kuat. Kali ini ia merasa harus pergi dan memberikan susu tersebut. Ia pun membuka pintu mobil. “Baik Tuhan, jika ini Engkau, aku akan melakukannya.”
Ia berjalan ke rumah di seberang jalan dan memencet bel. Dari dalam rumah terdengar suara yang gaduh. “Siapa di luar? Apa yang engkau inginkan?” seorang laki-laki membuka pintu, wajahnya tampak tidak bergairah. Áku membawakan susu ini,” katanya sambil memberikan segalon susu yang ia beli. Laki-laki tadi membawa masuk susu tersebut. Dari ruangan lain datang isterinya dan membawa susu itu kearah dapur. Bayi mereka menangis. Nampak jelas air mata mengalir di pipi laki-laki tersebut. Setengah terisak ia berbicara, “Bulan ini kami harus membayar sejumlah tagihan yang cukup besar sehingga kami tidak punya uang. Susu untuk bayi kami pun tidak ada. Kami sudah berdoa dan meminta kepada Tuhan untuk menolong kami mendapatkan susu.” Isterinya pun menyahut dari dapur, “Kami meminta agar Ia mengutus ‘malaikat’, engkaulah malaikat itu?” pemuda itu segera mengeluarkan uang yang ada di dompetnya lalu menyerahkannya kepada laki-laki tadi. Ia berjalan kembali ke mobilnya dan air mata mengalir di pipinya. Ia kini mengerti dua hal:
Pertama, bahwa Tuhan masih tetap berbicara kepada manusia, meski kadangkala manusia tidak peka terhadap suaraNya. Seperti Samuel yang berkata “Ya” kepada suara Tuhan dan bersedia melakukan apa yang Tuhan kehendaki, biarlah kita juga belajar peka ketika Ia berbicara kepada kita. Baik itu melalui firmanNya, melalui hamba-hambaNya, atau pun melalui suara hati nurani kita.
Kedua, Tuhan senantiasa menjawab doa kita. pertolonganNya tidak pernah terlambat bagi mereka yang berseru kepadaNya serta mengandalkan Dia. Dengan cara yang tidak pernah terduga, Ia menjawab doa orang-orang yang percaya kepadaNya. Pengalaman dari sekian banyak orang tentang pertolongan Tuhan dan jawaban atas doa-doa umatNya, hendaknya membuat kita tetap percaya bahwa Dia selalu sanggup membuka pintu-pintu berkatNya dan mengutus ‘malaikat’Nya untuk member pertolongan kepada anak-anakNya pada waktu yang tepat. Manna Sorgawi

1 komentar: